Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Rabu, 30 November 2011

Daun Sirsak Lebih Kuat 10.000 Kali Daripada Kemoterapi

Daun Sirsak vs Kemoterapi (Ribuan Kali Lebih Kuat)
sumber: Trubus Online

Mengobati Kanker Serviks

‘Selamat ya, sudah hamil.’ Yanti Sumiati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan kerja, tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang menerka ia hamil 5 bulan. Hati Yanti justru remukredam. Sebab, bukan janin dalam kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang perempuan setiap 4 menit.

Yanti Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit, ‘Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat, 20 Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.

Dokter yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti. Kadar CA – indikator adanya sel kanker – 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35 U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan Yanti menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk mengatasi kista.

Namun, 2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama persis dengan kanker serviks itu. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yanti memutuskan untuk menjalani operasi pada 10 Agustus 2010.

Sehari sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya, Yanti membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3 gelas air hingga mendidih.

Setelah rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas. Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 – 7 ons. Sepotong buah Annona muricata cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut mengempis.

Pagi itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking senangnya,’ kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti. Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.
 
Menurut dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan seperti luruh bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari konsumsi daun dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui keringat.

‘Pikiran saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar. Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.

10.000 kali

Perubahan kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2 pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90 hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.

Yanti Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di Palembang, Sumatera Selatan).

Selain ke-3 jenis kanker – serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa daun Annona muricata manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.

Ada apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru dan pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign Urbane University, Amerika Serikat, itu.

Acetogenins menghambat ATP kanker
‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat, red). ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. ‘Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat senyawa dalam daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,’ kata Sastrodihardjo.

Bukan hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi.

Adriamycin yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.

Menurut peneliti di Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara Fitriyah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 µg/ml, sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 µg/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 – 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.

Tren sirsak

Menurut Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, itu.

Berbagai lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari, meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein (RIP). ‘RIP mampu merusak sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga mati,’ kata Sismindari.

Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini para dokter dan herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan secara tunggal – hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.

Para herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker. Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty, misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang menderita peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien.

Menurut dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 – 4 tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan sendiri sejak pencarian daun hingga merebus. Harap mafhum hingga saat itu di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam kapsul.

Namun kini telah hadir EKSTRAK DAUN SIRSAK yang juga disinergikan dengan Ekstrak 6 daun lainnya seperti Cincau, Katuk, Mint, Sambiloto, Pegagan dan Spirulina. Yaitu KLOROFIL GREEN PALAPA, yang merupakan inovasi dan produksi ASLI MUSLIM Indonesia. Hanya dengan Rp. 75.000,-/botol isi 75 Kaplet, anda dapat merasakan Khasiat dan Manfaat yang luar biasa. Hub 085719936515 utk mendapatkan harga spesial....
 
Benar kata Yeni Sumarni yang juga mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah.’

KANDUNGAN, KHASIAT DAN MANFAAT DAUN SIRSAK : Resep Pengobatan Untuk Kanker prostat, pankreas, dan paru-paru | Herbal untuk Mengobati Sakit Pinggang, bayi mencret,ambeien, bisul, anyang-anyangan,liver, eksim, rematik, dll

Sirsak. Rasanya yang segar dapat menggoyangkan lidah. Anda akan memiliki sensansi tersendiri ketika menikmati buah yang satu ini. Kandungan airnya yang begitu banyak memberikan kesegaran ketika menyantapnya. Untuk menemani sarapan Anda, buah yang bernama latin Annona Muricata ini, bisa diolah menjadi selai untuk olesan roti.

Tak hanya buahnya, daun sirsak pun bisa dimanfaatkan. Khasiat daun sirsak begitu berperan dalam membunuh sel-sel kanker. Ya, itulah obat kanker yang tak menguras biaya. Pohonnya terdapat di mana-mana, bahkan di pekarangan rumah Anda sekali pun.

Para peneliti di AS, meneliti bahwa daun Graviola atau yang dikenal daun sirsak ini mengandung zat anti-kanker (Annonaceous Acetogenin). Zat ini mampu membunuh sel-sel kanker tanpa mengganggu sel-sel sehat di dalam tubuh.
 
Pada tahun 90-an, ditemukan sejenis jamu herbal dari suku-suku di Amazon. Setelah diteliti, ramuan herbal tersebut mampu menyembuhkan beberapa penyakit penting termasuk kanker.

Untuk penyembuhan, sepuluh lembar daun yang berwarna hijau tua direbus setiap harinya. Dengan ditambah tiga gelas air putih untuk rebusan. Tunggu hingga menguap sampai menyisakan satu gelas saja. Daun sirsak ini hanya membunuh sel-sel yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel-sel yang tumbuh normal.

Meski masih dikatagorikan pengobatan alternatif, tapi tak sedikit orang yang sudah membuktikan khasiat daun sirsak ini. Agar tidak meninggalkan ampas, sebaiknya disaring terlebih dahulu sebelum menuangkannya ke dalam gelas. Tak perlu ragu untuk mencobanya. Perut akan terasa hangat, keringat pun mengalir deras.

Khasiat daun sirsak pun dapat dirasakan ketika mengkonsumsinya dalam bentuk kapsul. Kini beberapa perusahaan sudah mengembangkannya dan mengolahnya menjadi lebih praktis. Jika ingin menghemat pengeluaran, alam pun terus menyediakannya.

Tak perlu khawatir, rebusan daun sirsak ini tidak menimbulkan rasa mual, menurunkan berat badan maupun kerontokan rambut. Energi akan meningkat dan penampilan fisik pun akan membaik. Khasiat daun sirsak dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi yang mematikan.

Setelah dua minggu, para penderitanya bisa melakukan pemeriksaan ke dokter dan hasilnya cukup berkhasiat. Bahkan setelah 3-4 minggu, efeknya dapat terlihat jelas. Daun sirsak ini di antaranya dapat menyembuhkan kanker payudara, usus besar, paru-paru, prostat dan pankreas.

Tak hanya mengatasi penyakit kanker, daun sirsak pun berkhasiat untuk pengobatan sakit pinggang, bayi yang terkena mencret, ambeien, bisul, anyang-anyangan, sakit kandungan air seni, penyakit liver, eksim serta reumatik. Bahkan bunga sirsak juga dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan katarak.

Dengan ketelatenan, kanker dapat disembuhkan dengan daun sirsak ini. Namun, tak sedikit orang yang tidak sabar ketika melakukan pengobatan. Waktu 3-4 minggu tidaklah lama, apa salahnya untuk dicoba.

HPA Indonesia dengan bangga menghadirkan, sebuah produk luar biasa dengan multi khasiat. Sinergi 7 Ekstrak Hijau Daun terbaik dalam bentuk Kaplet, KLOROFIL GREEN PALAPA. Salah satunya adalah DAUN SIRSAK. Disinergikan dengan Daun Mint, Daun Katuk, Daun Cincau, Daun Sambiloto, Daun Pegagan, dan Spirulina.

Senin, 21 November 2011

BANYAK BAYI MENINGGAL KARENA IMUNISASI, TANYA KENAPA?!

Dua Balita Meninggal Sehabis Imunisasi
REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Diduga akibat kesalahan prosedur imunisasi, dua balita di Perum Wisma Asri, Bekasi Utara, Kota Bekasi, meninggal dunia. Peristiwa tersebut terjadi sepekan setelah menjalani imunisasi campak dan polio yang digelar di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu korban yang meninggal dunia bernama Hanif M Husnaya (3), putra kedua pasangan Awal Adiguna dan Eva. Juga, Isma Nur Fauziah (3), putri pasangan Tian Setiani dan Nana Setiana. Para orang tua korban sejauh ini belum mendapat kejelasan dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi terkait meninggalnya sang buah hati pasca imunisasi.
Ny Sigit (47), nenek Hanif mengatakan, sebelum meninggal, cucu keduanya itu dibawa ke Posyandu Kebalen, Kabupaten Bekasi, untuk divaksinasi polio dan campak.
“Awalnya, anak saya—orang tua Hanif—sempat keberatan jika Hanif divaksinasi. Namun, petugas Posyandu memaksa supaya Hanif divaksinasi karena itu program pemerintah,” tutur Ny Sigit, ketika ditemui, Kamis (3/11).
Sehabis divaksinasi, Hanif pulang dan istirahat. Sorenya, bocah itu terbangun dan muntah-muntah disertai buang air besar yang tiada henti. “Kami pikir awalnya hanya masuk angin biasa. Namun, keesokan harinya Hanif demam tinggi hingga suhu tubuhnya mencapai 42 derajat Celcius,” kata Ny Sigit.
Kedua orang tua Hanif panik dan memberikan obat penurun panas yang biasa diminum Hanif jika terserang demam. Mereka pun langsung membawa putranya ke dokter terdekat, sebelum akhirnya dirawat di Rumah Sakit Mekar Sari, Kota Bekasi.
Saat menjalani perawatan, demam Hanif tak kunjung reda dan justru malah mengalami kejang-kejang hingga akhirnya meninggal dunia pada Jumat (21/10) dini hari. “Semuanya berlangsung sangat cepat,” kata Ny Sigit sedih.
Selang beberapa hari kemudian, kabar serupa datang dari orang tua Isma, yang kediamannya tak jauh dari rumah Ny Sigit. Isma meninggal diduga karena mengalami gejala yang sama. Namun, balita itu menjalani vaksinasi polio dan campak di Posyandu yang berbeda. Anak bungsu dari dua bersaudara itu juga datang menjalani imunisasi dengan kondisi yang sehat.
Sebelum menghembuskan nafasnya, Isma mengalami demam yang membuat sekujur tubuhnya panas. Ketika itu, Tian—ibu Isma—memberikan obat penurun panas dari Posyandu tempat Isma diimunisasi. “Namun, obat itu tak mempan menurunkan demam. Demamnya malah semakin tinggi,” tutur Tian kepada wartawan.
Kondisi tubuh Isma pun semakin menurun karena timbul batuk yang tak kunjung henti. Tian pun membawa Isma ke dokter langganan esok harinya. Seketika demam Isma menurun dari 42 ke 38 derajat Celcius. Akan tetapi kondisi itu tak bertahan lama, balita putri itu mendadak kejang. Merasa panik, kedua orang tua Isma membawa ke Rumah Sakit Anna Medika guna dirawat secara intensif.
Penanganan di rumah sakit itu pun lambat. Menurut Tian, putrinya sempat tak diacuhkan di ruang gawat darurat karena harus melewati prosedur pembayaran deposito sekitar Rp 5 juta. Menjelang malam, Isma mengalami kejang yang kedua kalinya. “Isma dipindahkan ke ruang ICU. Dokter hanya menangani selama 15 menit, setelah itu Isma pun tak tertolong,” ujar dia.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Muhammad Ghufron
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/11/11/03/lu34nd-dua-balita-meninggal-sehabis-imunisasi

NFOWONOGIRI.COM-JATISRONO-Bayi bernama Jufri Fadil Akbar tidak berumur panjang. Anak pasangan Yatman (25) dan Tri Nurjanah (23) warga Dusun/Desa Jatisrono RT 03 RW I Kecamatan Jatisrono, Wonogiri itu meninggal dunia beberapa saat setelah diimunisasi oleh petugas medis Posyandu Kecamatan Jatisrono, Rabu (2/11) kemarin.
Bayi yang dilahirkan pada tanggal 17 Oktober lalu itu meninggal dunia sekira pukul 11.30 di rumahnya. Sebelum Jufri diimunisasikan sekitar pukul 08.30 di Puskesmas setempat. Kadus Dusun Jatisrono, Sukir melaporkan bayi tersebut merupakan anak pertama dari pasangan rumah tangga muda ini. Ibunya masih berstatus mahasiswa, sedangkan suaminya bekerja di Jakarta.
Sejatinya, sebelum diimunisasikan bayi tersebut dalam keadaan sehat dan normal. Sesuai aturan kesehatan, bayi tersebut harus diimunisasikan dengan dua tetes polio. “Setelah diimuniasikan, bayinya langsung dibawa pulang. Sampai rumah bayinya tertidur. Sekitar pukul 11.00 bayinya sudah dalam keadaan lemas, langsung dibawa Puskesmas, tapi tidak tertolong,” ujar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, dr. H. Widodo. MKes membenarkan ada kejadian tersebut. Kronologisnya, memang bayi tersebut baru saja diimunisasi. Lalu dibawa pulang diminumi dan tertidur. Saat terbangun dari tidur, bayi tersebut tersedak (istilah medis aspirasi). Lalu mengalami lemas badan dan meninggal dunia.
“Bayi itu sempat dibawa ke Puskesmas, tapi sampai di Puskesmasn sudah tidak bernafas,” tutur dr. Widodo. Widodo meyakinkan, bahwa bayi tersebut meninggal bukan karena penyebab imunisasi. Tetapi dalam istilah medis, disebut sebagai KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi). Atau bahasa gampangnya ada kasus yang menyertainya.
Setelah mendapatkan laporan tersebut, tim DKK langsung turun tangan melakukan penelitian dan pemeriksaan medis. Hasilnya ditemukan fakta, bahwa bayi tersebut setelah diimunisasi disusui lalu bayinya tertidur. Buktinya dari hidungnya keluar cairan putih, yang dipastikan cairan air susu ibu (ASI). Itu mendandakan bayi tersebut telah tersedak (keselak, Bahasa jawa).
Kesimpulan pemeriksaan tim kemudian disampaikan kepada keluarganya. Kedua orang tua bayi dan keluarganya bisa menerima penjelasan pihak tim DKK. Selanjutnya, Rabu sore kemarin jenazah bayi tersebut akhirnya dimakamkan. “Pendekatan persuasif secara medis dan kekeluargaan bisa diterima keluarganya. Orang tuanya bisa menerimanya,” pungkas Widodo.
Widodo menyarankan, paska kejadian tersebut, siapapun orang tua yang memiliki bayi dibawah satu tahun –utamanya-, agar berhati-hati setelah memberinya minum baik ASI maupun minuman yang lainnya. Agar aman setelah bayi minum ASI agar tidak langsung direbahkan/ditidurkan. Sebab setelah minum kenyang jika ditidurkan rawan terjadi kesedak/tersedak yang bisa mengakibatkan tersumbatnya saluran pernapasan, atau sering disebut gagal nafas. (bagus@infowonogiri.com)
Pertanyaan saya :
1, wong sudah jelas-jelas diimunisasi kejadiannya. Tak sampai 2 hari meninggal? kalau sudah begini siapa yang bertanggung jawab? mereka tenaga medis pasti akan mencari argumen lain yang masuk akal
2, ketemu argumen, tersedak!!!. padahal sebelum diimunisasi banyak bayi yang sehabis disusui ASI, ada juga yang tersedak tapi tak apa-apa. Kalau tersedak sih biasa bagi bayi, wong bayi kok. Ada jutaan bayi yang mangalami tersedak dalam hidupnya tapi biasa aja, nga mati. Cuma masalahnya cuma satu, abis diimunisasi aja.