Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Senin, 29 Agustus 2011

Kamu Makin Cantik Kalau Marah

Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: "Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya!" Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri atau ia tengah berdusta. 8-)

Yang jelas kita perlu menikmati sa'at-sa'at bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah,betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar, maka :

1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah.
Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata "STOP" ini giliran saya! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : "Kamu makin cantik kalau marah, makin energik..." Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... "Duh kekasih... bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ...." :toe:

Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka," saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya:) maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah.

Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah  ;)

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan,bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah pemanasan, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.

Bila teh yang disajinya tidak manis, sepedas apapun saya marah, maka itu adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah... OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini .....  :)

3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga!
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan pihak lain (QS.53:38-40).
Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".

Kata ustadz saya: "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak." Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!  :siul:

4. Kalau marah jangan di depan anak anak!
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu 'kan bapak saya.

Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar (based on true story):
Ibu: "Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu?!!!"
Bapak: "Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda????!!!!
Anak: "Yaaa ...ibu saya babu, bapak saya kuda .... terus saya ini apa?"  ;D

Kita harus berani berkata: "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita???  :malu:

5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat!
Pada setiap tahiyyat kita berkata: "Assalaa-mu'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin" Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yang sholeh.... Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustaiNya, padahal nyawamu ditangan Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ..... Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya... Atau habis isya sebatas....???
Nnngg.......Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar .. ^-^  :malu:

6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema'afkan
Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran (resensi sebuah film). Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens". Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.  :bungain:

Ini saja, semoga bermanfa'at.
"Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi".
Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.

Perjanjian yang sangat berat


Allah menyebut pernikahan sebagai mitsaqan ghaliza, perjanjian yang sangat berat. Hanya 3 kali istilah ini dipergunakan dalam Al-Quran, yakni untuk menyebut perjanjian Allah dengan bani Israil, yang untuk itu Allah mengangkat bukit Thursina serta perjanjian Allah dengan Ulul Azmi, Nabi-nabi pilihan di antara para Nabi. Begitu beratnya perjanjian, sehingga Nabi mewasiatkan kepada kita di saat-saat terakhir hidupnya agar memperhatikan amanah ini.

Rasulullah saw berpesan pada Khutbah Haji Wada’ : “Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Hak kalian atas mereka ialah mereka para istri tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kalian senangi masuk ke rumah kecuali dengan izin kalian. Terlarang bagi mereka melakukan kekejian. Jika mereka melakukan kekejian bolehlah kalian menahan mereka dan menjauhi tempat tidur mereka serta memukul mereka dengan pukulan yang tidak melukai mereka. Jika mereka taat, maka kewajiban kalian adalah menjamin rezeki dan pakaian mereka sebaik-baiknya. Ketahuilah! Kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan kalian untuk selalu berbuat baik.”

Mari kita ingat baik-baik pesan terakhir Rasulullah untuk selalu BERBUAT BAIK. Kita memperlakukan mereka dengan tutur kata dan sikap yang baik. Jangankan dalam berperilaku, untuk berbicara dengan istri kita saja, Allah mengingatkan agar berbicara dengan Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang Baik). Perkataan yang baik itu kita kemukakan juga dengan cara yang baik, sehingga tidak ada perselisihan di antara kita. Sesungguhnya setan menyukai perselisihan serta Allah menuntun kita kepada kedamaian dan kebaikan.

Lalu bagaimanakah cara berbicara yang baik dan dengan isi yang baik pula? Bagaimana pulakah caranya berbicara dengan Qaulan Ma’rufa sekaligus dengan cara yang ahsan? Wallahu’alam bisshowab.

Tapi marilah kita simak sepenggal kehidupan rumah tangga Rasulullah saw dengan Aisyah ra. Dari yang paling kecil, Rasulullah saw biasa memanggil istrinya dengan sebutan-sebutan yang romantis, “Wahai yang pipinya merah jambu...”. Terkadang beliau memanggil istrinya dengan sebutan manja, “Yaa Aisy...” atau panggilan, “Ummu Abdullah...” yang membuat Aisyah lebih percaya diri. Rasulullah saw pun terkadang memanggilnya dengan nama lengkap, tetapi tidak pernah menyebut dengan cara yang kasar dan membuat istri merasa tidak dihargai. Perlakuan yang sangat baik itulah yang menyebabkan seorang Aisyah, tidak dapat menahan haru ketika ditanya tentang perilaku Rasulullah saw yang paling berkesan baginya. Aisyah ketika itu hanya dapat menangis, menahan air matanya lalu berkata, “Kanaa qullu amrihi ‘ajabaa...(Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku...)”

Kemudian beliau bercerita sambil menahan tangis haru, “Suatu ketika, dia berbaring bersamaku, sehingga kulitnya bersentuhan denganku. Lalu dia berkata,” Ya, Aisyah. Izinkanlah aku menyembah Tuhanku.” Maka aku berkata, “Demi Allah sesungguhnya aku senang sekali berada di sisimu. Tapi aku juga senang, bila engkau menyembah Tuhanmu.”

Subhanallah, untuk melakukan sholat malam saja, Rasulullah minta izin dari istrinya. Itu bukan berarti untuk sholat atau ibadah-ibadah yang lain kita harus memperoleh surat izin dari istri. Tidak! Tetapi itulah penghormatan yang sangat agung dari seorang suami yang sangat agung akhlaknya dan sangat luhur penghormatannya kepada istri tercinta, Aisyah. Di dalamnya berhimpun kemesraan, kesetiaan, kelembutan, kasih sayang dan penghormatan yang sangat.

Inilah Nabi yang kelembutan akhlaknya mengalahkan kemarahannya. Dialah laki-laki yang ketegasannya membuat para sahabat tidak berani memelintir hukum. Yang keberaniannya membuat para musuh surut langkahnya. Dan kehalusan kata-katanya meluluhkan jiwa. Dia lembut kepada anak cucunya. Dia juga amat lembut kepada para istrinya. Dialah yang menjahit sendiri pakaiannya, dialah yang memerah sendiri susu dari dombanya, yang bahkan untuk sholat malam pun harus meminta perkenan istrinya.
Beliau pernah berkata, “Tidak memuliakan wanita, kecuali laki-laki yang mulia. Dan tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga.”

Maka, lihatlah diri kita, laki-laki seperti apakah kita? Termasuk laki-laki macam apakah kita untuk istri kita? Jika sehari-hari kita masih menjadikan istri, sebagai mesin yang tidak pernah kita sapa ruang jiwanya. Agaknya kita masih termasuk golongan orang-orang yang rendah derajatnya. Alangkah sering kita memperlakukan istri seakan-akan mereka tidak punya perasaan, tidak punya pemikiran dan bahkan tidak punya jiwa. Kita menyapa istri hanya jika kita perlu. Selebihnya, tidak ada ucapan terima kasih apalagi permintaan maaf.

Kita hanya tergolong laki-laki yang mulia, apabila kita tahu bagaimana menghargai perasaan dan pikiran istri kita. Kita akan termasuk laki-laki yang mulia, apabila kita tahu bagaimana menyapa jiwa mereka. Sehingga jiwa mereka tumbuh dengan baik dan bukan kering kerontang, gersang penuh dengan penderitaan batin. Kita beri mereka perhatian yang hangat sehingga mereka senantiasa merasa dekat. Hati mereka bertaut dengan kesetiaan, ketulusan, kasih sayang, perhatian dan kesediaan untuk saling mengingatkan.

Akan tetapi sulit bagi kita lemah lembut, bila hati kita belum jernih dalam memandang pasangan. Sebaik apapun dia, bila kita sibuk menuntut, yang tampak hanya keburukan. Tetapi semuanya akan terasa kecil bila kita menerima dia apa adanya. Istri akan menjadi yang tercantik di hati kita, bila kita memaafkan kesalahannya dan menerima kekurangannya. Sebaliknya, istri yang biasa berhias dengan hiasan yang paling menarik sekalipun, tak akan menimbulkan kesejukan. Apabila kita masih sibuk membandingkan dia dengan orang lain atau membandingkan dia dengan angan-angan kita sendiri tentang istri yang sempurna. Begitu pun bagi seorang istri. Suami yang paling setia dan penuh perhatian pun akan menyebalkan jika kita sibuk bertanya, “kenapa dia tidak seperti suami sahabatku?”
Rasulullah saw pernah mengingatkan, “Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia.” Kalau ingin dada kita lebih lapang dan hati bisa lebih mensyukuri keadaan pasangan, belajarlah untuk berterima kasih kepadanya. Cobalah untuk lebih sering bertanya, kepada diri sendiri, sudahkah kita berterima kasih atas kebaikan-kebaikannya selama ini? Jika itu masih sulit kita lakukan, mari kita belajar, untuk menyadari betapa banyak kebaikan yang ada padanya.

Sadarilah, bahwa segelas minuman tidak akan hadir ke hadapanmu, kalau tidak ada perhatian dan cinta kepadamu. Lalu kenapa engkau menganggap peristiwa hadirnya segelas minuman sebagai hal yang biasa-biasa saja? Kenapa engkau tidak mampu merasakannya sebagai isyarat cinta yang hadir dalam bentuk kesediaan melayanimu?

Barangkali, yang membuat kita sulit merasakannya, adalah karena kita sendiri jarang menyadari bahwa kita memiliki banyak kekurangan. Andaikan ia tidak memaafkanmu, bagaimanakah kita mempertanggungjawabkan diri di hadapan Allah. Karenanya sekali waktu, cobalah berlapang dada meminta maaf atas segala kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Juga atas kekurangan-kekurangan yang belum bisa kita perbaiki saat ini. Jika kita mengikhlaskan hati meminta maaf, kita akan tahu bahwa kita masih perlu memperbaiki diri. Membuat kita akan lebih rendah hati dan menerimanya sepenuh hati.

Wallahu’alam bisshowab.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Anak faham mengenai Halal ? harus donk...

Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai ketika/setelah anak berada pada usia sekolah, tidaklah tepat. Banyak perbedaan pendapat tentang kapan pendidikan harus diberikan. Bisa sejak masih kecil, semenjak bayi, ketika dalam kandungan, bahkan pada saat konsepsi. Akan tetapi patut diyakini, bahwa perkembangan kapasitas intelektual anak sudah terjadi pada saat bayi dalam kandungan. 
Para ahli neurologi berpendapat, bahwa selama 9 bulan dalam kandungan, paling tidak setiap menit dalam pertumbuhan otak diproduksi 250.000 sel otak. Sehingga selama usia 8 bulan dalam kandungan, diperkirakan bayi memiliki biliunan sel syaraf dalam otaknya. Sel-sel otak ini dibentuk berdasarkan stimulasi dari luar otak. Stimulasi yang diberikan akan membentuk sel-sel otak sehingga otak dapat berkembang optimal. 

Anak menyerap semua rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya (orang tuanya). Dan ternyata, awal kehidupan anak merupakan saat yang paling penting. Pasalnya, pada saat itu kapasitas intelektual anak berkembang sangat pesat. Otak anak mampu menampung informasi dengan kecepatan yang mengagumkan. Menjelang usia empat tahun, lima puluh persen kapasitas intelektual anak sudah terbentuk. Ini berarti, jika pada usia tersebut anak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak akan berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, pada masa-masa ini jangan sampai terlewati, orang tua harus senantiasa memberikan pendidikan sebaik-baiknya, karena stimulasi yang diberikan pada masa kritis ini akan terekam dan terbawa sepanjang kehidupan anak. Masa kritis ini hanya terjadi sekali dan tidak pernah terulang lagi.
Oleh karena itu, bagi ibu yang sedang mengandung, selain harus memberikan stimulasi juga memerlukan nutrisi yang baik bagi kesehatan dirinya dan bayi yang dikandungnya. Nutrisi yang baik tentu harus memiliki kandungan gizi yang cukup sehingga dapat membantu perkembangan sel otak janin agar bayi memiliki tingkat potensi kecerdasan yang tinggi dan terlahir sehat nantinya. Nutrisi yang baik haruslah juga menuntut kehalalan produk suatu makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Kebiasaan mengkonsumsi makanan halal pada saat ibu mengandung merupakan sebuah pendidikan bagi anak yang dikandungnya. Sehingga anak menjadi terbiasa menerima sesuatu yang baik dan benar dari kehalalan asupan makanan.

Tentu semua orang tua mendambakan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, berprestasi dan bermoral. Anak yang cerdas belum tentu tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berprestasi, dan anak yang cerdas dan berprestasi belum tentu tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bermoral jika tidak dididik dengan baik dan benar. Maka, hendaklah para orang tua untuk tidak melerwakan masa ini, berikan pengasuhan dan pendidikan sebaik-baiknya kepada anak-anak. Pendidikan amatlah penting, dan pendidikan pembiasaan harus dikembangkan sejak usia dini. Kenalkan anak pada hal-hal yang baik. Pembiasaan akan membentuk moral anak untuk bisa memilah mana yang baik dan tidak baik. Dalam hal makananpun akan demikian halnya. Mana yang halal dan tidak, mana yang boleh dikonsumsi dan tidak diperbolehkan.


Anak suka memakan apa saja, untuk itulah orang tua harus memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi anaknya haruslah mengandung asupan gizi yang dibutuhkan tubuh sehingga dapat berfungsi secara normal. Makanan tidak mesti yang mewah dan mahal, tetapi makanan itu pastikan sehat dan halal. Ajari sejak dini anak-anak untuk makan makanan yang sehat dan halal. Islam sangat menganjurkan memakan makanan yang halal dan baik (Q.S. 5:88 dan 16:114). Dan banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan tentang makanan dan jenisnya yang dibolehkan dan yang tidak. Oleh karena itu, perkenalkan anak sejak dini pada produk-produk makanan yang halal, baik dan boleh dimakan. Meski anak belum bisa membaca, perlihatkan label halal yang ada di setiap kemasan makanan yang dibeli. Biasakan untuk menunjukkannya ketika memilih makanan di supermarket, di toko, atau ketika di dapur, sehingga anak familiar dengan gambar atau label halal yang tertera di kemasannya. Biarkan hal ini menjadi moral/budaya bagi anak pada saat memilih dan membeli makanan, bahwa yang baik di makan adalah yang berlabel halal. 

Upaya sosialisasi produk halal ini bisa juga diberikan pada saat anak sudah mulai sekolah. Sangat baik kiranya bila di Taman Kanak-Kanak (TK), RA (Raudlatul Athfal), di Kelompok Bermain (KB), di Tempat Penitipan Anak (TPA), di Posyandu (sekarang ada Pos PAUD) dan juga di Bina Keluarga Balita (BKB) untuk memasukkan menu pembelajaran mengenai produk makanan yang halal, sehingga ada kesinambungan antara pendidikan di rumah dengan pendidikan di sekolah. Pos PAUD dan BKB yang merupakan pembinaan tumbuh kembang balita dapat dijadikan tempat untuk mengawali sosialisasi ke-halal-an makanan kepada anak-anak.

Sebaiknya, para orang tua wali murid juga mendapatkan informasi produk halal, sehingga budaya memilih makanan yang halal tidak hanya dipunyai oleh anak-anak, tetapi agar dirumah nantinya para orang tua juga harus memiliki budaya mengkonsumsi makanan halal tersebut dan memberlakukannya pada anak-anaknya. Meskipun mengenalkan dan membudayakan produk halal ini tidak bisa spontan dan serta-merta sifatnya, karena terlanjur budaya di lingkungan kita untuk membeli dan mengkonsumsi apa saja tanpa melihat label halal yang tercantum pada produk. Pembiasaan mengonsumsi makanan yang halal akan lebih mudah dilakukan bila dimulai dari saat anak berada pada usia dini.

Sosialisasi halal untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan mengenalkan makanan dan minuman yang halal dan yang haram untuk dikonsumsi melalui cerita yang menarik. Banyak buku yang beredar di toko buku mengenai pendidikan halal untuk anak yang dikemas dengan cerita yang menarik yang dapat dijadikan pegangan oleh orang tua untuk mengajarkan makanan halal kepada anak.

Rabu, 10 Agustus 2011

Kingdom of Heaven


"Orang-orang Kristen membantai ribuan Muslim di balik tembok Jerusalem ketika mereka merebut kota ini”
“Aku bukan mereka. Aku Sholahuddin....”
(Dialog antara Sholahuddin Al Ayyubi dengan Balian of Ibelin pada saat perundingan penyerahan kota Jerusalem dalam pengepungan tahun 1187 yang dimenangkan kaum muslimin dalam film Kingdom Of Heaven)

Film Kingdom of Heaven. Sebuah film tentang sejarah perang salib dan sosok Sholahudin Al-Ayyubi yang sangat melegenda tidak hanya di kalangan ummat Islam, tapi juga kalangan non-Islam. Karena kehebatannya, sikapnya dan kebijaksanaannya. adegannya sangat akurat, menampilkan kegagahan, keberanian, kecerdasan, hingga sifat cinta damai kaum muslimin. Ya, namanya juga film Hollywood juga menampilkan adegan-adegan erotis.

Film dibuat seakurat mungkin, bahkan di MTV yg menyiarkan behind the scenenya diberitakan bahwa pemeran tokoh-tokoh Islam adalah aktor muslim dan pasukan Islam diperankan oleh angkatan bersenjata Maroko yg juga merupakan lokasi pengambilan film. Sosok Sholahuddin kembali hidup di film ini dan ending film yg menggambarkan kemenangan Islam banyak menuai kritikan di barat. Kritikan terpedas menyatakan bahwa ini adalah film propaganda Al Qaeda. Padahal digambarkan di film bagaimana kaum muslimin adalah kaum yg cinta damai, Sholahuddin bukanlah jenderal yg haus darah, dan penyebab perang justru gara-gara provokasi orang-orang Kristen terutama dari kalangan Ordo Knight Of Templars.

Kisahnya sendiri (sebagaimana yg sering pembaca saksikan di televisi) mengambil sudut pandang Balian Of Ibelin anak dari Baron Of Ibelin. Balian Of Ibelin adalah tokoh nyata yg nantinya berhadapan dg Sholahuddin Al Ayyubi selama pengepungan Al Quds. Banyak sekali adegan sejarah yg muncul di dalam film. Antara lain pengepungan benteng Karak oleh kaum muslimin akibat provokasi Knight Of Templars yg menyerang kafilah dagang kaum muslimin. Pengepungan ini berakhir dg perjanjian damai antara Raja Baldwin IV dg Sholahuddin Al Ayyubi. Juga adegan dibunuhnya adik perempuan Sholahuddin oleh Reynald De Chattilon juga pembunuhan utusan Sholahuddin oleh Raja Guy D’Lusignan. Termasuk salah satu adegan favorit saya yaitu ketika perjanjian penyerahan kota Jerusalem antara Balian Of Ibelin dg Sholahuddin Al Ayyubi.

Adapun adegan-adegan yg dipotong dan tidak ditayangkan di Indonesia antara lain adalah adegan dimana raja Baldwin IV memiliki keponakan yaitu putra dari Sybilla, adiknya. Keponakannya tersebut adalah anak Sybilla dari suami sebelumnya, mengingat dg Guy D’Lusignan tidak memiliki putra. Ketika Baldwin IV meninggal yg menggantikannya adalah keponakannya tersebut dg gelar Baldwin V yg masih kecil (di film versi Indonesia langsung digantikan Guy D’Lusignan). Sayangnya bocah tersebut menderita penyakit lepra sama seperti pamannya sehingga terpaksa dibunuh oleh ibunya sendiri agar ia tidak menderita di kemudian hari. Baru ketika Baldwin V meninggal kedudukan raja diserahkan kepada ayah tirinya, Guy D’Lusignan yg memicu perang di kawasan tanduk Hattin dg Sholahuddin Al Ayyubi. Adegan lainnya yg terpotong antara lain adegan-adegan kekerasan seperti adegan Reynald membela tubuh seorang pemimpin kafilah muslim, adegan raja Guy memenggal kepala utusan muslim, hingga adegan hukuman pancung yg diberikan Sholahuddin Al Ayyubi kepada Reynald De Chattilon yg telah membunuh adiknya. Anehnya salah satu adegan yg tidak ditayangkan di Indonesia adalah adegan ketika Sholahuddin Al Ayyubi memasuki Masjidil Aqsa dibarengi dg anak buahnya yg memercikkan air bunga di lantai masjid yg dilanjutkan kemudian dg adegan sujud syukurnya Sholahuddin Al Ayyubi atas kemenangan yg diberikan oleh Allah Swt kepada dirinya.

Ada kalimat Balian yang paling saya ingat saat menolak ditawari menikahi Sybilla (adik raja Baldwin penguasa jerusalem saat itu) , “this is kingdom of Conscience, or nothing”. Menyimpulkan niat ikhlas mengabdi di kerajaan Tuhan di Palestina. Awalnya saja sudah ikhlas, dia datang ke mengabdi di kerajaan Tuhan di Palestina untuk menebus dosanya karena telah membunuh pendeta, dan juga untuk menebus dosa istrinya yang telah bunuh diri.

Sayang, saat raja Baldwin yang baik meninggal, orang-orang seperti Balian dan bekas anak buah Godfrey akhirnya terjebak dalam peperangan karena ulah knight templar buas macam Guy de Lusignan dan Raynald of Chatillon.

Kalimat yang menarik lainnya di film itu adalah kalimat dari Salahuddin, saat Balian menggertak mau membunuh setiap muslim di dalam benteng Palestina, kalau Salahuddin tetap mau menguasai Palestina.
Jawaban Salahuddin, “bukankah di dalam benteng itu ada wanita dan anak-anak?”. 
Jawaban yang membuat tertegun Balian, sehingga tidak jadi menawarkan opsi apapun.

Saat Salahuddin menawarkan keselamatan bagi seluruh orang kristen untuk pergi ke tanah kristen, Balian mengemukaan, “dulu kami (pihak kristen) membantai setiap muslim saat kami menguasai Palestina”. 
Salahuddin menjawab, “saya bukan (seperti) mereka , saya Salahuddin, … saya Salahuddin”.
Juga terakhir saat Salahuddin ditanya, apa makna Palestina baginya. Jawabannya Salahuddin cukup menyimpulkan sebuah prinsip, “nothing ….. (and) everything”.

Selasa, 02 Agustus 2011

Imunisasi, Yakin itu yang terbaik buat anak?

Awalnya sy tidak percaya, tapi setelah membaca berbagai buku dan artikel di internet, sy yakin tentang ketidakhalalan imunisasi. Hingga akhirnya sy "SAY NO TO IMUNISASI". Lila sempat mendapat 3 imunisasi di awal2 setelah dia lahir, sebelum sy dpt informasi ini. Tapi Ibra tidak sama sekali. Sy dan istri sepakat untuk menggunakan Madu, Bunga Rosella dan herba lainnya untuk menjaga kesehatan tubuh anak-anak.

Vaksin dan Imunisasi yang selama ini diberikan kepada anak – anak kita 100% mengandung zat haram. Tidak hanya sampai disitu, vaksin juga sangat berbahaya bagi kesehatan anak – anak karena campurannya menggunakan zat – zat kimia yang berbahaya buat tubuh seperti; mercury, thimerosol, dll.

Dalam sebuah acara di Metro TV yakni acara Oprah Winfrey pernah menghadirkan para orang tua yang anaknya pernah vaksin. Para orang tua itu membawa anak – anaknya dan mereka mengatakan bahwa setelah anak – anak kami divaksin kemudian anak kami menderita penyakit autis. Masya Allah……..

Bapak/Ibu sekalian,
Dibawah ini ada artikel berupa data – data tentang keharaman vaksinasi yang diambil dari berbagai macam sumber. Semoga data ini menjadi bahan pertimbangan sekaligus dalil penguat untuk tidak lagi menggunakan vaksin.

Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan pada tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan tambahan seperti formaldehid, dan thymerosal. Jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin hepatitis, polio, rubella, BCG, DPT, Measles Mumps Rubella (MMR). Di Indonesia sendiri praktik vaksinasi yang dilakukan terutama pada bayi dan balita adalah hepatitis B, BCG, Polio, dan DPT.

Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suat hal yang dirahasiakan publik. Sel line janin yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin biasanya diambil dari bagian tubuh seperti paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati yang diperoleh dari aborsi janin.

Tabel di bawah ini menunjukkan jenis vaksin:
Penyakit
Vaksin
Produsen
Sel Line (human fetal)
Polio
Poliovax
Aventis-Pasteur
MRC-5
Measles Mumps Rubella
MMR II
Merck & Co
RA273 & WI38
Meales-Rubella
Biavax II
Merck & Co
RA273 & WI38
Rubella Only
MR-VAX
Merck & Co
RA273 & WI38
Rabies
Imovax
Aventis-Pasteur
MRC-5
Hepatitis A
Hivrax
Vagta
Glaxo Smith Kline
Merck & Co
MRC-5
Hepatitis A-B combo
Twinnix
Glaxo Smith Kline
MRC-5
Chickenpox
Varixax
Merck & Co
WI 38 & MRC-5
Smallpox
Acambix 1000
Acambis
MRC-5
Ebola
Unknown
Merck & Co
PER C6
HIV
Unknown
Merck & Co
PER C6
Sepsis
Xigris
Eli Lilley
HEK 293
Influenza
Unknown
Medimmune
PER C6
Sumber Jurnal Halal LPPOM MUI

Vaksin yang terbuat dari babi yaitu vaksin polio. Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda, dan ekstrak mentah lambung babi. Untuk vaksin polio yang jelas dibuat dari babi ini MUI memberikan fatwanya: Fatwa MUI tentang Vaksin Polio (IPV).

Ada kaidah usul fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alasan yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam.

Namun demikian kita tidak boleh hanya bertahan pada kondisi darurat, melainkan juga melakukan usaha untuk perbaikan. Sudah sekian banyak Pharmacist muslim lahir di Indonesia tentunya sudah tidak ada hal yang menjadikan kita senantiasa pada kondisi darurat. Jumlah balita di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 24 juta jiwa, di mana 90% adalam muslim yang butuh vaksinasi yang halal dan aman dari sisi syar’i. Tentunya kita tidak ingin dalam tubuh dan aliran darah balita kita mengalir unsur-unsur haram.



Masalah vaksinasi dengan kandungan enzim babi merupakan masalah khusus bagi umat Islam. Umat lainnya tidak peduli dengan halal-haramnya vaksinasi. Namun perlu diketahui bahwa bagi mereka yang bukan muslim vaksinasi juga merupakan masalah, sebab dari segi kesehatan fisik ternyata juga mengandung mudharat. Dan tentunya jika secara fisikpun ia membawa mudharat, bararti bagi ummat Islam lengkaplah sudah alasan untuk meninggalkan vaksinansi sepenuhnya. Vaksinasi haram secara tinjauansyar’i dan ia mudharat secara tinjauan medis.


Dalam sebuah situs bernama informationliberation: The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924. Di dalam situs itu ditulis:
“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib)


Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Vaksinasi, pernah mengatakan bahwa vaksin atau imunisasi bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.


Dalam kasus pholio misalnya, Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962, mendelegasikan bahwa kasus polio menjadi meningkat secara cepat sejak program vaksin dijalankan. Terjadi peningkatan sebesar 50% pada tahun 1957-1958 dan peningkatan menjadi 80% pada tahun selanjutnya.


Seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menulis sebuah buku berjudul ”Dajjal:The Anti-Christ.” Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Sistem Dajjal.” Dalam bukunya ia menjelaskan bahwa sejak hampir satu abad yang lalu dunia makin hari makin membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Kafir yang lebih cocok disebut sebagai Sistem Dajjal. Coba perhatikan kutipan tulisan Ahmad Thomson di bawah ini:
"Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut."


Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang berkembang guna melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir.


Dalam strateginya membentuk sebuah tatanan dunia baru atau "The New World Order", vaksinasi/imunisasi adalah salah satu senjata atau strategi kaum pagan (zionis) untuk mensukseskan program mereka mengurangi populasi penduduk dunia.


Diakhir tulisan ini, saya ingin mengajak Bapak/Ibu sekalian mari kita hindari hal – hal yang sifatnya syubhat (ragu – ragu). Sejak zaman Rosulullah, Islam sudah memberi solusi terhadap kesehatan khususnya tentang imunisasi. Salah satu imunisasi yang biasa Rosulullah lakukan adalah ketika bayi baru lahir langsung diTAHNIK (mengoleskan madu di langit – langit mulut bayi atau memberikan kurma yang sudah dikunyah kemudian diberikan kepada bayi yang baru lahir).


Pilihan ada ditangan anda, dan silahkan cari informasi terkait dengan masalah imunisasi anak anda. Kami tidak mau ambil resiko pada anak kami, dengan memasukkan bahan-bahan yang tidak jelas dalam tubuhnya. Cukuplah anak kami yang pertama yang merasakan imunisasi selama 3 bulan awal dan mudah-mudahan putra-putri kita tergolong anak-anak yang sholeh, berguna bagi orang tua dan dinul islam yang mulia. Mudah-mudahan bermanfaat…mohon disebarkan…


AYO GALAKKAN IMUNISASI/VAKSINASI HALAL !!!!!