Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Rabu, 10 Agustus 2011

Kingdom of Heaven


"Orang-orang Kristen membantai ribuan Muslim di balik tembok Jerusalem ketika mereka merebut kota ini”
“Aku bukan mereka. Aku Sholahuddin....”
(Dialog antara Sholahuddin Al Ayyubi dengan Balian of Ibelin pada saat perundingan penyerahan kota Jerusalem dalam pengepungan tahun 1187 yang dimenangkan kaum muslimin dalam film Kingdom Of Heaven)

Film Kingdom of Heaven. Sebuah film tentang sejarah perang salib dan sosok Sholahudin Al-Ayyubi yang sangat melegenda tidak hanya di kalangan ummat Islam, tapi juga kalangan non-Islam. Karena kehebatannya, sikapnya dan kebijaksanaannya. adegannya sangat akurat, menampilkan kegagahan, keberanian, kecerdasan, hingga sifat cinta damai kaum muslimin. Ya, namanya juga film Hollywood juga menampilkan adegan-adegan erotis.

Film dibuat seakurat mungkin, bahkan di MTV yg menyiarkan behind the scenenya diberitakan bahwa pemeran tokoh-tokoh Islam adalah aktor muslim dan pasukan Islam diperankan oleh angkatan bersenjata Maroko yg juga merupakan lokasi pengambilan film. Sosok Sholahuddin kembali hidup di film ini dan ending film yg menggambarkan kemenangan Islam banyak menuai kritikan di barat. Kritikan terpedas menyatakan bahwa ini adalah film propaganda Al Qaeda. Padahal digambarkan di film bagaimana kaum muslimin adalah kaum yg cinta damai, Sholahuddin bukanlah jenderal yg haus darah, dan penyebab perang justru gara-gara provokasi orang-orang Kristen terutama dari kalangan Ordo Knight Of Templars.

Kisahnya sendiri (sebagaimana yg sering pembaca saksikan di televisi) mengambil sudut pandang Balian Of Ibelin anak dari Baron Of Ibelin. Balian Of Ibelin adalah tokoh nyata yg nantinya berhadapan dg Sholahuddin Al Ayyubi selama pengepungan Al Quds. Banyak sekali adegan sejarah yg muncul di dalam film. Antara lain pengepungan benteng Karak oleh kaum muslimin akibat provokasi Knight Of Templars yg menyerang kafilah dagang kaum muslimin. Pengepungan ini berakhir dg perjanjian damai antara Raja Baldwin IV dg Sholahuddin Al Ayyubi. Juga adegan dibunuhnya adik perempuan Sholahuddin oleh Reynald De Chattilon juga pembunuhan utusan Sholahuddin oleh Raja Guy D’Lusignan. Termasuk salah satu adegan favorit saya yaitu ketika perjanjian penyerahan kota Jerusalem antara Balian Of Ibelin dg Sholahuddin Al Ayyubi.

Adapun adegan-adegan yg dipotong dan tidak ditayangkan di Indonesia antara lain adalah adegan dimana raja Baldwin IV memiliki keponakan yaitu putra dari Sybilla, adiknya. Keponakannya tersebut adalah anak Sybilla dari suami sebelumnya, mengingat dg Guy D’Lusignan tidak memiliki putra. Ketika Baldwin IV meninggal yg menggantikannya adalah keponakannya tersebut dg gelar Baldwin V yg masih kecil (di film versi Indonesia langsung digantikan Guy D’Lusignan). Sayangnya bocah tersebut menderita penyakit lepra sama seperti pamannya sehingga terpaksa dibunuh oleh ibunya sendiri agar ia tidak menderita di kemudian hari. Baru ketika Baldwin V meninggal kedudukan raja diserahkan kepada ayah tirinya, Guy D’Lusignan yg memicu perang di kawasan tanduk Hattin dg Sholahuddin Al Ayyubi. Adegan lainnya yg terpotong antara lain adegan-adegan kekerasan seperti adegan Reynald membela tubuh seorang pemimpin kafilah muslim, adegan raja Guy memenggal kepala utusan muslim, hingga adegan hukuman pancung yg diberikan Sholahuddin Al Ayyubi kepada Reynald De Chattilon yg telah membunuh adiknya. Anehnya salah satu adegan yg tidak ditayangkan di Indonesia adalah adegan ketika Sholahuddin Al Ayyubi memasuki Masjidil Aqsa dibarengi dg anak buahnya yg memercikkan air bunga di lantai masjid yg dilanjutkan kemudian dg adegan sujud syukurnya Sholahuddin Al Ayyubi atas kemenangan yg diberikan oleh Allah Swt kepada dirinya.

Ada kalimat Balian yang paling saya ingat saat menolak ditawari menikahi Sybilla (adik raja Baldwin penguasa jerusalem saat itu) , “this is kingdom of Conscience, or nothing”. Menyimpulkan niat ikhlas mengabdi di kerajaan Tuhan di Palestina. Awalnya saja sudah ikhlas, dia datang ke mengabdi di kerajaan Tuhan di Palestina untuk menebus dosanya karena telah membunuh pendeta, dan juga untuk menebus dosa istrinya yang telah bunuh diri.

Sayang, saat raja Baldwin yang baik meninggal, orang-orang seperti Balian dan bekas anak buah Godfrey akhirnya terjebak dalam peperangan karena ulah knight templar buas macam Guy de Lusignan dan Raynald of Chatillon.

Kalimat yang menarik lainnya di film itu adalah kalimat dari Salahuddin, saat Balian menggertak mau membunuh setiap muslim di dalam benteng Palestina, kalau Salahuddin tetap mau menguasai Palestina.
Jawaban Salahuddin, “bukankah di dalam benteng itu ada wanita dan anak-anak?”. 
Jawaban yang membuat tertegun Balian, sehingga tidak jadi menawarkan opsi apapun.

Saat Salahuddin menawarkan keselamatan bagi seluruh orang kristen untuk pergi ke tanah kristen, Balian mengemukaan, “dulu kami (pihak kristen) membantai setiap muslim saat kami menguasai Palestina”. 
Salahuddin menjawab, “saya bukan (seperti) mereka , saya Salahuddin, … saya Salahuddin”.
Juga terakhir saat Salahuddin ditanya, apa makna Palestina baginya. Jawabannya Salahuddin cukup menyimpulkan sebuah prinsip, “nothing ….. (and) everything”.

1 komentar:

@cilles mengatakan...

Subhanallahu___________

Posting Komentar